
Intan Regina Elysabeth, mahasiswa Program Magister Teknik Mesin UGM, mempresentasikan hasil penelitian tesisnya yang berjudul “Karakterisasi Sifat-Sifat Statis, Fatik, dan Korosi pada Sambungan Las Similar UNS S32750 (SAF 2507) Menggunakan Filler Metal ER2594“ pada Rabu (12/03), bertempat di ruang kelas M-10 Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM. Tesis ini dipandu oleh Prof. Ir. Jamasri, Ph.D., IPU., ASEAN Eng. sebagai pembimbing dan diuji oleh tiga penguji yang berkompeten di bidangnya, yaitu: Prof. Ir. Mochammad Noer Ilman, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., Dr.Eng. Ir. Priyo Tri Iswanto, S.T., M.Eng., IPM., dan Ir. Muhammad Waziz Wildan, M.Sc., Ph.D.
Dalam penelitian ini, Intan mengeksplorasi karakteristik sambungan las pada bahan duplex stainless steel (DSS) UNS S32750 yang memiliki struktur austenit dan ferit. DSS terkenal karena ketahanan korosi dan kekuatan mekaniknya yang baik, namun sifat-sifat tersebut dapat dipengaruhi oleh pengelasan dan perlakuan panas pasca-pengelasan (PWHT).
Penelitian ini menggunakan metode pengelasan dengan arus 135A dan tegangan 20V serta pengelasan dengan variasi kecepatan 4,5 mm/detik, 5,5 mm/detik, dan 6,5 mm/detik. Perlakuan panas pasca-pengelasan dilakukan pada suhu 1050°C, 1150°C, dan 1200°C selama 10 menit dengan pendinginan lambat. Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan panas pada suhu tertentu dapat mengubah struktur mikro dan mempengaruhi kekerasan serta ketahanan korosi bahan.
“Hasil pengujian menunjukkan bahwa spesimen non-PWHT memiliki struktur austenit dan ferit, sementara spesimen PWHT pada suhu 1050°C dan 1150°C menunjukkan fase nitrida dan austenit sekunder,” papar Intan. Sementara itu, PWHT pada suhu 1200°C melarutkan nitrida, namun masih terdapat sedikit fase sigma.
Kekerasan mikro pada spesimen non-PWHT berkisar antara 275-295 VHN, sementara pada spesimen PWHT 1050°C kekerasannya meningkat menjadi 342-447 VHN. Hasil uji tarik juga menunjukkan bahwa PWHT pada suhu 1050°C memberikan kekuatan tarik tertinggi (721 MPa – 772 MPa) dan kuat luluh yang lebih baik dibandingkan dengan spesimen lainnya.
Namun, meskipun perlakuan panas meningkatkan kekerasan, penelitian ini menemukan bahwa perlakuan panas pada suhu yang lebih tinggi justru mengurangi kekuatan tarik, dengan PWHT 1200°C menunjukkan hasil yang paling rendah. Selain itu, ketahanan korosi pada suhu 1050°C menunjukkan laju korosi terendah, dengan laju korosi 0,000237 mm/tahun hingga 0,000675 mm/tahun.
Salah satu temuan signifikan dalam penelitian ini adalah bahwa spesimen PWHT pada suhu 1200°C memiliki perambatan retak fatik yang lebih rendah, yang menunjukkan bahwa perlakuan panas pada suhu tersebut dapat mempengaruhi ketahanan fatik sambungan las.
Dari hasil yang diperoleh, disarankan agar perlakuan panas optimal dilakukan pada suhu 1050°C, di mana kekerasan dan ketahanan korosi mencapai titik terbaik. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman sifat-sifat material duplex stainless steel UNS S32750, khususnya terkait aplikasi pengelasan dengan filler metal ER2594. Seminar hasil tesis ini dihadiri oleh sejumlah dosen, mahasiswa, dan praktisi di bidang teknik material, yang memberikan apresiasi tinggi terhadap penelitian yang dilakukan oleh Intan Regina Elysabeth. Semoga hasil penelitian ini dapat diterapkan lebih lanjut dalam industri pengelasan dan meningkatkan kualitas bahan teknik di masa depan.
Kontributor: Andhes Puspitalina, S.Hut.
Editor: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.