Chalis Fajri Hasibuan, dosen dari Program Studi Teknik Industri Universitas Medan Area, resmi meraih gelar Doktor ke-26 dari Program Studi Doktor Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM melalui ujian tertutup yang diselenggarakan pada Kamis (31/10) dengan disertasi berjudul “Identifikasi dan Penanganan Cybersickness pada Penggunaan Virtual Reality Berbasis Head Mounted Display (HMD)”.
Ujian dipimpin oleh Prof. Ir. Budi Hartono, S.T., M.PM., Ph.D., IPU., ASEAN Eng. sebagai promotor, dengan Dr.Eng. Ir. Titis Wijayanto, S.T., M.Des., IPM., ASEAN Eng. sebagai ko-promotor. Tim penguji terdiri dari Ir. Fitri Trapsilawati, S.T., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., Dr.Eng. Ir. Sunu Wibirama, S.T., M.Eng., IPM., serta penguji eksternal Khoirul Muslim, S.T., M.Sc., Ph.D. dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Ujian turut dihadiri oleh Prof. Ir. Nur Aini Masruroh, S.T., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng. selaku Ketua Program Studi dan Dr.Eng. Ir. Adhika Widyaparaga, S.T., M.Biomed.E. selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin dan Industri.
Dalam disertasinya, Chalis menyoroti meningkatnya penggunaan Virtual Reality (VR) yang tidak hanya membuka peluang di berbagai bidang—seperti hiburan, pendidikan, dan pelatihan—namun juga menimbulkan fenomena cybersickness, yaitu rasa tidak nyaman yang dialami pengguna saat berada dalam lingkungan virtual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab cybersickness serta menemukan strategi mitigasi yang efektif.
Penelitian dilakukan dengan tiga tahap eksperimen menggunakan 140 partisipan. Eksperimen 1 menguji pengaruh kombinasi antara postur tubuh (aktif/pasif) dan jenis konten (dinamis/statis). Eksperimen 2 membandingkan pengalaman pengguna antara gamers dan non-gamers, sementara Eksperimen 3 mempelajari pengaruh adaptasi dalam mengurangi gejala cybersickness. Pengukuran dilakukan menggunakan Simulator Sickness Questionnaire (SSQ), Fast Motion Sickness Scale (FMS), serta data fisiologis melalui Heart Rate Variability (HRV) dan Electroencephalography (EEG).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cybersickness paling tinggi muncul pada kondisi postur pasif dengan konten dinamis, seperti pada simulasi roller coaster. Pengguna dengan pengalaman bermain game terbukti mengalami gejala cybersickness yang lebih rendah dibanding non-gamers. Selain itu, proses adaptasi berulang mampu menurunkan tingkat ketidaknyamanan secara signifikan. Kombinasi penggunaan EEG dan HRV juga terbukti mampu mendeteksi cybersickness dengan akurasi hingga 76,6%.
Menurut Chalis, hasil penelitiannya tidak hanya memperluas pemahaman dalam bidang ergonomics dan human factors, tetapi juga memberikan panduan praktis bagi pengembang Virtual Reality untuk menciptakan sistem yang lebih aman dan nyaman. “Penelitian ini menjadi langkah awal menuju user-centered design pada teknologi imersif, agar pengguna dapat menikmati pengalaman virtual tanpa gangguan fisik maupun kognitif,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Budi Hartono selaku promotor menyampaikan bahwa penelitian ini memiliki nilai kebaruan yang kuat. “Riset ini menggabungkan pendekatan eksperimental dan fisiologis secara komprehensif untuk memahami bagaimana tubuh manusia bereaksi terhadap lingkungan virtual. Temuan ini sangat relevan dalam pengembangan teknologi VR di masa depan,” jelasnya.
Kontributor: Sani Wicaksono, S.E., M.M.
Penyusun: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.
