
Upaya UGM untuk terus berpartisipasi dalam pengembangan industri 4.0 sekaligus mengembangkan produk-produk Industri Kecil Menengah (IKM) dan melestarikan hasil kebudayaan Indonesia selalu dilakukan dalam wujud nyata penelitian dan inovasi dari para civitasnya, termasuk dosen dan mahasiswa di Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM. Salah satu dari civitas DTMI yang bergerak di bidang IKM 4.0 adalah Ir. Andi Sudiarso, Ph.D., dosen DTMI yang mengembangkan teknologi pembuatan batik menggunakan mesin Computer Numerical Control (CNC) dengan jenama ”Butimo”.
Didirikan pada 2016, Butimo yang berada di bawah naungan CV Batik Teknologi Indonesia dikembangkan Andi selama 10 tahun dengan semangat untuk tidak hanya menciptakan efisiensi dalam proses produksi batik, namun juga dalam rangka menjaga keaslian batik dan keberlanjutan atau regenerasi pelaku seni batik di Indonesia. Berbeda dengan kain motif batik yang diproduksi dengan cara print, produk kain batik yang diproduksi oleh Butimo tetap menggunakan malam dan canting serta menggunakan proses manual dalam finishing. Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan menyatakan bahwa mesin CNC yang digunakan oleh Butimo hanya membantu efisiensi proses klowong (proses pemindahan desain dari pola ke kain), sedangkan proses selanjutnya tetap menggunakan tenaga perajin dan dilakukan secara manual. ”Pada tahap klowong, proses pemindahan desain dengan mesin tersebut hanya memakan waktu sekitar 3 jam, dibandingkan dengan metode klowong tradisional yang biasanya memakan waktu 2 hingga 3 hari, sedangkan tahapan pewarnaan dan isen-isen (pengisian motif halus) tetap dilakukan oleh perajin batik secara manual dengan menggunakan canting dan malam panas, jadi esensi produksi Batik Tulis sebagai produk handmade tetap terjaga meski dibantu teknologi,” tutur Budi.
Tidak hanya berinovasi untuk proses produksi, Butimo juga memanfaatkan teknologi untuk memberi kemudahan konsumen dalam memperoleh produk-produk kain batik Butimo. Konsumen yang ingin memiliki produk Butimo dapat memesan batik sesuai desain yang diinginkan melalui laman web Butimo, kemudian desain diproses, dan selanjutnya mesin CNC mengeksekusi desain tersebut secara otomatis. Sistem tersebut mengembangkan transparansi produksi yang membuat konsumen bisa mengetahui sampai tahap mana proses pengerjaan batik yang dipesan. Melalui transparansi yang diberikan oleh Butimo, maka tercipta kepercayaan dan pengalaman belanja yang baru di industri batik.
Selain memproduksi batik dengan jenamanya sendiri, Butimo juga turut andil dalam mengembangkan ekosistem industri batik sebagai mitra bagi banyak perajin batik. Jasa yang disediakan oleh Butimo adalah dengan menyediakan jasa klowong dan pelatihan serta konsultasi bagi para perajin batik. “Kami melayani segala keperluan IKM. Hanya klowong saja bisa, dengan desain juga bisa, jasa isen-isen bisa, pewarnaan kita siapkan, hingga sampai baju Batik pun kami bisa,” tutur Andi. Selain itu, mesin batik Tekno yang dikembangkan oleh Andi juga disewakan dan bahkan dijual bagi pelaku IKM batik yang ingin mengembangkan bisnisnya.
Berkat dedikasi yang tanpa henti, Andi Sudiarso, Ph.D. dan Butimo memperoleh penghargaan Penghargaan Upakarti kategori Jasa Pengabdian yang dipersembahkan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) pada 2024. Selain itu, Butimo berhasil menembus panggung internasional dengan turut berpartisipasi dalam ajang Hannover Messe yang merupakan pameran teknologi industri terbesar dunia yang diselenggarakan di Jerman. Kehadiran teknologi lokal dari Indonesia ini mendapat perhatian karena menggabungkan aspek budaya dan teknologi dengan elegan. Butimo juga telah memiliki sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri bagi Industri Kecil (TKDN-IK) pada produknya, dengan nilai TKDN sebesar 40 persen, sehingga dapat memperluas pasar hingga segmen pengadaan belanja pemerintah.
Sebagai IKM binaan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita menyampaikan bahwa teknologi yang diangkat oleh Butimo berperan dalam pembangunan ekosistem industri 4.0 di Indonesia. ”Kontribusi Butimo tidak hanya pada aspek produksi internal, tetapi juga dalam menciptakan ekosistem pemberdayaan IKM batik lainnya. Ini sejalan dengan semangat kolaborasi dan gotong royong yang menjadi fondasi pengembangan industri nasional,” tutur Reni.
Sumber berita: Siaran pers Kemenperin Indonesia dan laman ANTARA
Sumber foto: akun Instagram Butimo