Arsip:

SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau

Mendulang Ilmu Mengolah Sampah dan Biogas di PIAT UGM

Guna memperluas wawasan mahasiswa kaitannya dengan bidang keilmuan dalam wujud nyata, Program Studi (Prodi) Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM melaksanakan kunjungan ke Rumah Inovasi Daur Ulang (RInDU) dan Peternakan Sapi dan Biogas yang dikelola oleh Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (10/05) ini diikuti oleh mahasiswa Teknik Industri yang mengambil mata kuliah Ekologi Industri yang diampu oleh Ir. Anna Maria Sri Asih, S.T., M.M., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng..

RInDU menjadi lokasi pertama yang dikunjungi oleh mahasiswa. Fokus pembelajaran yang dilaksanakan di lokasi tersebut adalah mengenai pengolahan sampah secara umum dan budidaya maggot dalam kegiatan pengolahan sampah tersebut. Pipit Noviyani, Koordinator Lapangan Energi dan Pengelolaan Limbah RinDU PIAT UGM menjelaskan bahwa dalam 3 tahun, RinDU telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. ”Pada awalnya kami berperan dalam mengolah sampah yang dihasilkan oleh lingkungan UGM dan berperan sebagai TPS3R pembina dan pendamping untuk lingkungan sekitar. Namun karena pengolahan keseluruhan sampah tidaklah mudah, sehingga diganti hanya sampah organik saja yang diangkut ke sini,” tuturnya. Pipit mengungkapkan bahwa sampah organik yang dihasilkan di lingkungan UGM mencapai 60% dari keseluruhan sampah. ”Apabila kita bisa menyelesaikan pengolahan sampah organik, kita telah menyelesaikan 60% pengolahan sampah sebelum diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir – red.),” tambahnya. Sejak Juli 2024, RinDU telah melakukan pemrosesan secara keseluruhan untuk sampah yang ada di lingkungan UGM setelah TPA Piyungan, Bantul dinyatakan berhenti beroperasi. ”Dalam 1 hari, sampah di lingkungan UGM yang masuk mencapai 4 sampai 5 truk, yang nantinya akan kami bagi menjadi 3: compactor untuk mengangkut sampah daun, dump truck untuk mengangkut sampah ranting, dan dump truck untuk mengangkut sampah campur, karena di lingkungan UGM sendiri cukup sulit untuk memisahkan jenis sampah,” ungkap Pipit. RinDU saat ini menerima kiriman sampah dari UGM pada hari Senin sampai Jumat, dengan catatan apabila pada hari Sabtu ada kegiatan tambahan di lingkungan UGM, maka RinDU dapat menerima kiriman sampah pada hari Sabtu. ”Pemilahan sampah campur saat ini dilakukan dengan cara manual dan dengan menggunakan mesin, meskipun mesin yang ada belum memiliki sensor dan hanya membedakan berat melalui saringan. Untuk sampah organik berupa daun kami komposkan menggunakan campuran sludge dari PT SGM yang dapat membantu proses pengomposan,” papar Pipit. Untuk mengolah sampah sisa makanan, RinDU memanfaatkan pengembangbiakan maggot atau belatung dalam membantu proses penguraiannya. ”Setiap Senin, Rabu, dan Jumat kami menerima sampah sisa makanan dari Pujale (Pusat jajanan lembah – red.). Selain itu, kami juga membantu pengolahan sampah sisa makanan dari SMA Masa Depan yang lokasinya berada di sekitar sini,” tutur Pipit. Pengolahan sampah sisa makanan oleh maggot  di RInDU memiliki kapasistas 6 ton per bulan, dengan kondisi saat ini penyerapannya adalah 4 ton per bulan menyesuaikan sampah sisa makanan yang selama ini masuk. Oleh karena peserta kunjungan adalah mahasiswa semester 6, Pipit menyatakan bahwa dalam KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang akan mereka jalani nanti, mahasiswa dapat menjadikan pengolahan sampah sebagai program kerja. ”Misalkan ada program tentang pengomposan, atau program budidaya maggot, bisa mengajukan pelatihan di sini, karena PIAT akan membuka pelatihan KKN di bulan Juni. Di akhir Mei nanti, akan ada kuliah umum yang mengenalkan program-program pengolahan sampah, dan di bulan Juni praktik,” tuturnya.

Beralih ke lokasi Peternakan Sapi dan Biogas, mahasiswa diajak untuk melihat dan mengamati pengolahan biogas di sana. Maulida Diva Kirana, Staf Agroedutainment PIAT UGM memaparkan bahwa sapi yang diternakkan di sana ada 2 jenis, yaitu sapi perah dan sapi potong. ”Untuk sapi perah, sehari kami memerah 2 kali, dengan 1 ekor sapi kurang lebih menghasilkan 15 liter susu, dan untuk sapi potong, saat ini kami berfokus ke jenis simmental,” paparnya.  Mengenai produksi biogas, Jumadi Hanif selaku Koordinator Lapangan Bidang Peternakan Ruminansia Kecil dan Pelestarian Satwa, menjelaskan bahwa biogas diperoleh dari kotoran sapi yang diternakkan di sana. ”Kotoran tersebut kami ibaratkan sebagai bahan bakar untuk biogas, karena memang dalam kotoran itu terkandung amonia yang nanti kita tangkap menggunakan digester, yang nanti hasilnya adalah gas metana dan dikonversi bisa menjadi listrik atau gas alam yang bisa gunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan lain-lain,” paparnya. Peternakan PIAT UGM memiliki 3 digester dengan yang saat ini aktif digunakan hanya 1 karena letaknya berdekatan dengan kandang sapi. ”Setiap harinya digester akan kita isi kotoran berbentuk padat, kemudian kita campur air dengan perbandingan 1:10, dengan 1 ember kotoran dan 10 ember air. Setelah dimasukkan, pengaduk kita nyalakan untuk mengaduk kotoran menjadi bubur, kemudian akan masuk ke dalam digester ini untuk difermentasi dengan bakteri-bakteri pengurai. Gas yang dihasilkan nanti akan ditangkap dalam sebuah penampung dan dialirkan ke ruangan berisi plastik untuk menampung gas metana,” papar Jumaidi. Buangan dari proses tersebut, tutur Jumaidi, dapat langsung digunakan sebagai pupuk padat atau cair. Gas metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar saat ini masih berupa purwarupa dan masih selalu menjalani pengembangan oleh PIAT UGM.

Selepas kunjungan dari RinDU dan Peternakan Sapi dan Biogas PIAT UGM, mahasiswa diminta untuk membuat laporan kaitannya dengan informasi dan segala macam penjelasan teknis yang diperoleh.

Foto: Dokumentasi Tim PIAT UGM

Meraih Prestasi dalam Mechanical Fest 2025

Melanjutkan tradisi prestasi, tim yang terdiri dari mahasiswa Program Studi (Prodi) Sarjana Teknik Mesin dan Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM kembali meraih gelar juara dalam perhelatan Mechanical Festival yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang babak finalnya dilaksanakan pada 2-3 Mei 2025. Dalam kompetisi tesebut, mahasiswa DTMI memperoleh juara 5 untuk cabang Pipeline Design Competition dan juara 1 untuk Innovative Paper and Poster Competition.

Ghitha Aufar Mazaya, mahasiswa Teknik Mesin 2022, bersama dengan timnya mengikuti cabang Pipeline Design Competition. ”Kompetisi tersebut dibagi menjadi 3 babak, yaitu eliminasi, semifinal, dan final. Pada babak eliminasi yang diadakan secara online, dengan instruksi untuk membuat sebuah jalur perpipaan dari Brebes menuju Nusakambangan,” tuturnya. Pada babak eliminasi, peserta diberikan data berupa unduhan dari Google Earth dengan titik-titik koordinat. ”Dalam merancang pipa, kami mempertimbangkan berbagai faktor, seperti jarak, kondisi medan, dan faktor-faktor lain seperti kawasan dilindungi dan pegunungan. Jarak rute jalur pipa yang kami rancang adalah mencapai 124 kilometer,” tutur Aufar. Menurut Aufar, permintaan konsumen juga menjadi faktor yang harus diperhatikan, terutama kaitannya dengan biaya pembangunan jalur pipa yang akan mengantarkan fluida berupa gas dengan tekanan dari Brebes sampai Nusakambangan tetap, yaitu 400 psi. ”Penempatan kompresor penting karena berkaitan dengan safety. Selain itu, bila daya operasional dari kompresor tinggi, bisa jadi over budget. Perancangan juga tidak boleh melewati crossing karena itu bisa membuat biaya tinggi, serta tidak boleh melewati kawasan padat penduduk dan fasilitas umum, seperti jalan raya dan rel kereta api, maka itu menjadi tantangan kami,” tambahnya.  Perancangan jalur perpipaan dalam kompetisi ini mengikuti standar dan peraturan yang sudah ada dalam referensi dari panitia yang menjadi panduan tim. ”Dalam melakukan penghitungan analisis tegangan dalam kompresor, kami menggunakan perangkat lunak atau software yang sudah disediakan panitia, dengan lisensi selama 1 tahun untuk software tersebut,” terang Aufar. Analisis yang dilakukan tim Aufar tidak hanya sekali jadi, namun dilakukan pemeriksaan agar bagian yang salah dapat ditemukan dan segera diperbaiki. ”Kami jadi perlu lebih teliti lagi di babak eliminasi, karena banyak yang kecolongan di babak itu,” ujarnya. Lolos babak eliminasi, tim Aufar melaju ke babak semifinal yang kegiatannya termasuk company visit ke PT Geo Dipa Energi Unit Patuha. Company visit juga memuat kasus nyata yang harus dikerjakan oleh peserta yang berupa penggunaan panas bumi secara langsung dalam sektor pertanian, budi daya maggot, dan penghangat ruangan, sehingga peserta diminta untuk merancang pipa dalam mengalirkan panas bumi tersebut, serta kasus pergeseran pipa yang ada di sumur panas bumi PT Geo Dipa sehingga membutuhkan banyak support, dan peserta diminta memetakan peletakkan support yang ideal dan penambahan komponen-komponen lain untuk menghindari pergeseran terjadi lagi. ”Selain kasus nyata, di babak semifinal kami juga diminta untuk mengerjakan basic knowledge test mengenai rancangan dan juga referensi yang kami gunakan. Soalnya terdiri dari 7 nomor dan dikerjakan selama 1 jam,” tutur Aufar. Menurut Aufar, kunci dari babak semifinal adalah time management, karena pemodelan yang membutuhkan waktu lama dan komponen analisis yang banyak dengan waktu yang terbatas, sehingga banyak tim yang kelabakan. Lolos ke babak final, tim Aufar menjalani final pitching, yaitu presentasi hasil kerja pada babak eliminasi sampai semifinal, dengan dewan juri adalah praktisi dalam dunia energi terbarukan dan disaksikan oleh guru besar dari ITB. Meski dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri, Aufar mengaku ia dan timnya belum dapat mencapai hasil maksimal. ”Untuk beberapa hal yang belum ditampilkan di presentasi, kami belum dapat menjawab dengan baik,” akunya. Biarpun demikian, tim UGM dapat meraih juara 5, mengalahkan keseluruhan 40 tim peserta.

Untuk cabang Innovative Paper and Poster Competition, tim UGM yang beranggotakan Danu Ari Wibowo, Yoga Sanjaya, dan Sandi Hutama, yang sama seperti cabang Pipeline Design, berisi mahasiswa dari Prodi Teknik Mesin dan Teknik Industri. Dalam paper tim UGM, Sandi menyatakan bahwa mereka mengangkat topik mengenai bidang energy recovery. “Lebih tepatnya kami mengangkat tentang “Optimalisasi Waste Heat Brine Panas Bumi Dieng Melalui Brine Heat Extraction Sebagai Penghangat Ruangan Guna Mewujudkan Energy Recovery dan Pariwisata Berkelanjutan”,” tuturnya. Dalam paper tersebut, tim UGM memaparkan bahwa Fluida sisa (brine) panas bumi di Dieng yang memiliki energi panas tinggi belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, wilayah Dieng yang bersuhu rendah (10–20°C) masih mengandalkan kayu bakar dan LPG untuk penghangat ruangan, yang menimbulkan emisi karbon. Penelitian ini mengevaluasi potensi pemanfaatan waste heat dari brine melalui rancangan sistem heat exchanger dan analisis teknis serta ekonominya. Hasil simulasi menunjukkan bahwa brine bersuhu 180°C mampu memanaskan udara dari 15°C ke 40°C dengan kapasitas perpindahan panas 18,126 kWt. Proyek ini menargetkan penerapan di 30 homestay pada tahun pertama dengan skema angsuran, dan secara ekonomi dinilai layak dengan IRR 16,75% dan NPV sebesar Rp4,96 miliar dalam 11 tahun. Inisiatif ini mendukung pemulihan energi dan pariwisata berkelanjutan di kawasan Dieng. Yoga menuturkan bahwa ada 57 tim yang bertanding di cabang Innovative Paper and Poster. “Kami melalui tahap seleksi abstrak, kemudian dari situ di seleksi 10 tim untuk masuk ke babak full paper dan presentasi,” tuturnya. Tim UGM dalam cabang tersebut menjalani 2 macam penilaian, yaitu expo dan presentasi. Untuk expo, peserta akan membuka booth dan melaksanakan penjelasan kepada para pengunjung booth serta peserta dari cabang lain yang berkunjung mengenai isi poster yang dipamerkan. “Expo poster dilakukan bersama dengan presentasi, jadi kami di ITB 2 hari, hari pertama mulai expo jam 1 siang sekaligus presentasi di hadapan dewan juri secara bertahap sesuai urutan dari jam 1 hingga malam, kemudian di hari kedua full expo,” tutur Yoga. Sandi menjelaskan bahwa di dalam expo, pengunjung bisa memberikan vote untuk menentukan most favorite poster. “Penilaian juara 1 didasarkan pada bobot 25% poster di luar vote, 25% presentasi, dan 50% full paper,” papar Sandi. Babak presentasi dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari akedemisi ITB, anggota BRIN, dan praktisi industri.

Aufar menilai bahwa tim UGM masih perlu untuk menambah pengalaman dalam bidang terkait untuk dapat memperoleh hasil maksimal apabila mengikuti kompetisi serupa. ”Tim yang meraih juara 1 sampai 4, saat kami lihat, ternyata angkatannya setahun lebih tua dari kami dan kami kebanyakan tidak mengambil mata kuliah ranah perpipaan,” ujarnya. Selain perihal pengalaman, menurut Aufar dan tim, pertanyaan tidak terduga dari juri juga perlu untuk diantisipasi oleh tim, terutama jika pertanyaan bukan seputar mechanical analysis. ”Kebetulan ada anggota yang dari Teknik Industri, sehingga kami bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di luar mechanical analysis, namun untuk eksplorasinya, kami belum maksimal,” tuturnya. Oleh karena dalam 1 tim terdiri dari mahasiswa Teknik Mesin dan Industri, anggota dari Teknik Industri juga menyesuaikan dengan ranah keilmuan Teknik Mesin. ”Kami membagi tugas dalam tim. Untuk Teknik Industri, kami bagi untuk topik flow dan budgeting,” jelas Aufar. Pembagian topik juga dilakukan menjelang presentasi, sehingga kasus yang diberikan dapat tertangani dengan baik.

Pengalaman lomba dengan kasus aktual merupakan pengalaman yang berharga bagi Aufar dan tim. ”Banyak materi yang tidak kami peroleh di perkuliahan, seperti peraturan atau code, karena kami tidak terlalu menjurus ke ranah tersebut,” tuturnya. Berada dalam 1 tim dengan latar belakang berbeda juga mendorong Aufar dan tim untuk belajar koordinasi dan komunikasi agar tercipta 1 sudut pandang yang selaras. ”Kami belajar mengatur waktu di dalam kondisi yang penuh tekanan, dengan kondisi saat itu kami satu bulan mengerjakan babak eliminasi menabrak bulan Ramadan dan libur Lebaran. Karena kami bertemu secara offline 2 minggu, mau tidak mau selama Lebaran kami mengerjakan secara online melalui telepon WhatsApp, dan kami juga belajar secara mandiri dengan membagi tugas ke anggota,” paparnya. Melalui pengalamannya, Aufar menyarankan agar mahasiswa dalam mengikuti lomba untuk aktif bergerak dalam mencari referensi-referensi yang sudah ada untuk membantu dalam penyelesaian kasus atau persoalan yang dilombakan. ”Jangan hanya terfokus pada satu tempat, banyak hal di luar bidang kita yang perlu kita pelajari dan penting untuk merawat pengetahuan yang kita miliki, karena itu juga akan menunjang kita,” pungkasnya.

Penelitian Arief Inovasi Efisiensi Pirolisis Serbuk Gergaji Kayu Jati

Dalam rangka mendukung pengembangan energi bersih dan inovasi teknologi ramah lingkungan, Muhammad Arief Saputro, mahasiswa Magister Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM, telah melaksanakan ujian tesis yang bertajuk Variasi Temperatur Pirolisis dan Jenis Absorber pada Pirolisis Serbuk Gergaji Kayu Jati Menggunakan Oven Microwave”, pada Rabu (07/05), bertempat di ruang sidang A-4.

Tesis ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Harwin Saptoadi, M.SE., IPM. dan Robertus Dhimas Dhewangga Putra, S.T., M.Eng., Ph.D., serta diuji oleh Dr. Ir. Khasani, S.T., M.Eng., IPM. dan Dr.Eng. Ir. Jayan Sentanuhady, S.T., M.Eng.

Penelitian Arief menyoroti tantangan efisiensi dalam pemanfaatan biomassa sebagai energi terbarukan. Proses pirolisis—pemanasan tanpa oksigen untuk menghasilkan gas, minyak, dan arang—menjadi fokus utama. Namun, metode konvensional pirolisis masih memiliki kelemahan dalam hal efisiensi termal.

Melalui pemanfaatan oven microwave dan penggunaan material absorber seperti KOH dan SiC, penelitian ini menunjukkan bahwa pemanasan gelombang mikro mampu meningkatkan efisiensi pemanasan, dengan penyerapan panas lebih merata dari dalam material biomassa. ”Dari berbagai variasi temperatur yang diuji, kondisi optimal diperoleh pada 450°C dengan absorber SiC, menghasilkan efisiensi proses tertinggi dan kualitas produk energi yang lebih baik,” papar Arief.

Hasil penelitian ini tidak hanya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang energi terbarukan, tetapi juga sejalan dengan komitmen global terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam mendorong transisi menuju energi bersih (SDG 7), memajukan teknologi industri berkelanjutan (SDG 9), dan mengatasi perubahan iklim melalui pemanfaatan limbah biomassa (SDG 13).

Dengan pendekatan inovatif dan hasil yang menjanjikan, riset ini membuka peluang baru dalam pengembangan teknologi pirolisis berkelanjutan di Indonesia.

Kontributor: Andhes Puspitalina, S.Hut.
Editor: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.

Mahasiswa Magister Teknik Mesin UGM Teliti Pirolisis TKKS Ramah Lingkungan: Kontribusi pada SDGs Energi Bersih dan Inovasi Industri

Dalam upaya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau) dan SDG 9 (Industri, Inovasi dan Infrastruktur), Bayu Megaprastio, mahasiswa Magister Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM, mempresentasikan hasil penelitiannya dalam seminar hasil bertempat di ruang kelas M-3 pada Selasa (06/05).

Tesis yang berjudul Studi Eksperimen Variasi Massa Absorber dan Katalis pada Pirolisis Microwave Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) untuk Menghasilkan Bahan Bakar Alternatif ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Harwin Saptoadi, M.SE., IPM. dan Robertus Dhimas Dhewangga Putra, S.T., M.Eng., Ph.D. serta diuji oleh Dr.Eng. Ir. Jayan Sentanuhady, S.T., M.Eng. dan Ir. Fauzun, S.T., M.T., Ph.D., IPM, ASEAN Eng.

Dalam paparannya, Bayu mengemukakan bahwa limbah pertanian seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. ”Penelitian ini mengkaji pengaruh variasi massa absorber KOH dan katalis zeolit terhadap efisiensi dan kualitas produk pirolisis dalam sistem dua tahap berbasis microwave,” papar Bayu. Metode inovatif ini menggabungkan pemanasan cepat dari microwave dan reformasi senyawa volatil dengan zeolit untuk menghasilkan bio-oil berkualitas tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi massa absorber KOH 50A dan katalis zeolit 20Z memberikan hasil konversi energi paling tinggi, sekaligus meningkatkan efisiensi pirolisis secara keseluruhan. Penemuan ini berkontribusi pada pengembangan teknologi energi bersih dari limbah biomassa, sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Melalui penelitian ini, Bayu Megaprastio tidak hanya memberikan kontribusi ilmiah, tetapi juga mendukung target-target SDGs dalam bidang energi terbarukan, inovasi industri, dan pengelolaan limbah berkelanjutan. Seminar ini mencerminkan peran penting institusi pendidikan tinggi dalam menghasilkan solusi berbasis riset yang relevan bagi tantangan energi masa depan.

Kontributor: Andhes Puspitalina, S.Hut.
Editor: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.

Desriana Presentasikan Penelitian Optimasi SPKLU dalam Seminar Hasil

Desriana Yusi Irawati, mahasiswa Program Doktor Teknik Industri UGM sekaligus dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Katolik Darma Cendika, telah melaksanakan Seminar Hasil 1 untuk penelitian disertasinya yang berjudul “Optimasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik dengan Mempertimbangkan Kriteria Teknik, Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan”. Seminar Hasil 1 tersebut dilaksanakan pada Rabu (26/03), bertempat di Ruang Sidang A-3 Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM. Seminar Hasil 1 ini merupakan salah satu tahap yang harus dilalui oleh seorang mahasiswa program doktor dalam menyelesaikan penelitian untuk tugas akhirnya.

Dalam Seminar Hasil 1 kali ini, turut hadir tim promotor dan kopromotor dari Desriana yang beranggotakan Prof. Ir. Nur Aini Masruroh, ST., M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. dan Ir. Nur Mayke Eka Normasari, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., serta Sekretaris Program Studi (Sekprodi) Doktor Teknik Industri Ir. Muhammad Kusumawan Herliansyah, S.T., M.T., Ph.D., IPU., ASEAN Eng..

Dalam penelitiannya, Desriana menyatakan bahwa pemerintah Indonesia menargetkan penerapan kendaraan listrik dengan target 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit sepeda motor listrik pada tahun 2030. Meskipun penjualan mobil listrik meningkat 104% pada semester pertama 2024, tingkat adopsi kendaraan listrik masih jauh dari target tersebut. ”Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai kebijakan seperti insentif pembelian, subsidi konversi, pembebasan PPN, dan pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk mendukung target ini,” paparnya.

Salah satu kebijakan penting adalah pengembangan infrastruktur SPKLU. Sejak 2021, PLN telah meningkatkan jumlah SPKLU hingga 1.582 unit untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kendaraan listrik. Meskipun ada hubungan antara jumlah SPKLU dengan tingginya adopsi kendaraan listrik, masih ada tantangan dalam memahami mekanisme perilaku konsumen dalam mengadopsi kendaraan listrik dan penggunaan SPKLU.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali faktor-faktor yang memengaruhi minat masyarakat Indonesia terhadap kendaraan listrik dan penggunaan SPKLU. Faktor-faktor tersebut termasuk jarak tempuh, harga, insentif, kecepatan kendaraan, keandalan, dan fasilitas pendukung. Selain itu, faktor psikologis seperti sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan perhatian terhadap lingkungan juga memainkan peran penting dalam keputusan adopsi kendaraan listrik. Studi ini menggunakan model UTAUT3 untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam mengadopsi kendaraan listrik dan penggunaan SPKLU. ”Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pemerintah dan perusahaan untuk mendorong peralihan ke kendaraan listrik dan pengelolaan SPKLU yang lebih baik di Indonesia,” pungkas Desriana.

Kontributor: Sani Wicaksono, S.E., M.M.
Penyusun: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.

Sinau Bareng DTMI #24 x CORE Seri 3 Sajikan Pengetahuan Sistem Heat Pump

Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM kembali mengadakan acara ”Sinau Bareng DTMI” yang kali ini telah mencapai seri ke-24 dan bertepatan dengan Colloquium Riset Energi (CORE) Seri 3. Sinau Bareng DTMI ke-24 berkolaborasi dengan CORE Seri 3 diadakan pada Kamis (17/04), bertempat di Laboratorium Menggambar Teknik DTMI UGM.

Dalam acara yang terbuka bagi mahasiswa sarjana hingga doktor ini, Dr. Hifni Mukhtar Ariyadi selaku pembicara menyatakan bahwa keikutsertaan dalam acara ini merupakan sebuah kesempatan yang berharga. “Mahasiswa mendapat kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan perspektif yang berbeda,” tuturnya. Membuka acara dengan sambutan, Ketua Departemen Teknik Mesin dan Industri UGM, Prof. Budi Hartono, menyampaikan bahwa Sinau Bareng DTMI ini bermanfaat untuk memperluas horison pengetahuan mahasiswa. ”Melalui acara ini, tentu akan menjadi awal yang baik untuk kolaborasi di masa mendatang dengan Prof. Alberto,” tuturnya.

Berbeda dengan 2 seri sebelumnya, CORE Seri 3 kali ini mengundang seorang pembicara mancanegara yang ahli di bidangnya. Mengangkat tema ”Refrigeration and Heat Pump Technology”, Dr. Hifni menjadi pembicara bersama dengan Prof. Alberto Coronas, anggota Group of Applied Thermal Engineering, Department of Mechanical Engineering, Universitat Rovira I Virgili, Tarragona, Spanyol membahas mengenai teknologi heat pump yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendingin dan pemanas. Menurut Prof. Alberto, permintaan pendingin pada masa kini kian meningkat seiring dengan perubahan iklim yang ekstrem. ”Hingga saat ini, kebanyakan permintaan sistem pemanas dan pendingin masih bergantung pada bahan bakar fosil, yang artinya sistem tersebut menghasilkan banyak emisi,” paparnya. Oleh karena adanya perhatian lebih terhadap pengurangan gas karbon dan penggunaan listrik dengan sumber tidak terbarukan di Eropa, maka Prof. Alberto menawarkan sistem heat pump yang dapat menjadi solusi alternatif sistem pemanas dan pendingin tanpa bahan bakar fosil. ”Sistem heat pump dapat menjadi jawaban atas usaha dekarbonisasi,” tegasnya. Apabila dikembangkan dengan baik, maka sistem heat pump dapat digunakan untuk kebutuhan berbagai sektor, antara lain dalam industri pembuatan susu dan keju, peternakan unggas, budi daya sayur-sayuran, rumah sakit, perhotelan, restoran, dan lain-lain.

Teknologi heat pump yang dipresentasikan oleh Prof. Alberto merupakan jawaban dari permintaan sistem pendingin dan pemanas yang efisien serta ramah lingkungan. Melalui Sinau Bareng DTMI berkolaborasi dengan CORE, semoga peserta dapat memetik ilmu dan informasi dari pembicara dan nantinya dapat mengembangkan ilmu tersebut untuk menghasilkan inovasi yang berguna untuk masyarakat dan dapat berpartisipasi dalam usaha melestarikan lingkungan.

Seminar Hasil Mahasiswa Magister Teknik Mesin UGM Dorong Pemanfaatan Limbah Sekam Padi untuk Energi Terbarukan

Upaya menuju pembangunan berkelanjutan kembali digaungkan oleh mahasiswa Magister Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI), Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada hari Senin (14/04), pukul 13.00 WIB, Ahmad Murtadlo Zaka mempresentasikan hasil penelitiannya dalam seminar hasil yang diselenggarakan di ruang kelas M-9.

Dengan mengusung judul “Variasi Particle Size dan Holding Time pada Microwave Pyrolysis Limbah Sekam Padi untuk Menghasilkan Bahan Bakar Terbarukan”, Zaka meneliti potensi limbah sekam padi sebagai sumber energi terbarukan melalui metode pirolisis microwave. Penelitian ini secara langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim).

Dalam penelitiannya, Zaka menggunakan kombinasi oven microwave dan oven konvensional dengan bantuan silicon carbide (SiC) sebagai penyerap panas dan katalis zeolit alam dalam reaktor sekunder. Variasi ukuran partikel sekam yang digunakan adalah 2–1 mm, 1–0.5 mm, dan 0.5–0.25 mm, dengan variasi waktu tahan (holding time) selama 5, 10, 15, dan 20 menit.

Hasilnya menunjukkan bahwa partikel terkecil (0.25–0.5 mm) memiliki laju pemanasan tercepat dan paling konsisten, mencapai suhu 400 ˚C dalam 900 detik. ”Waktu tahan 5 menit menghasilkan biochar terbanyak, sementara bio-oil terbanyak diperoleh pada 20 menit. Sementara itu, efisiensi energi tertinggi tercatat pada ukuran partikel 0.25–0.5 mm dengan waktu tahan 5 menit, mencapai 21,44%,” papar Zaka.

Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Harwin Saptoadi, M.SE., IPM. dan Robertus Dhimas Dhewangga Putra, S.T., M.Eng., Ph.D., serta diuji oleh Dr.Eng. Ir. Jayan Sentanuhady, S.T., M.Eng. dan Dr. Ir. Khasani, S.T., M.Eng., IPM. Dengan hasil yang diperoleh, Zaka menyampaikan bahwa teknologi ini berpotensi besar dalam mengelola limbah biomassa secara efisien dan ramah lingkungan, sekaligus mendukung transisi energi menuju sumber-sumber yang lebih berkelanjutan. ”Inovasi ini diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi energi masa depan berbasis sumber daya lokal dan ramah lingkungan,” pungkasnya.

Kontributor: Andhes Puspitalina, S.Hut.
Editor: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.

Galih Tawarkan Inovasi Hemat Energi Lewat Penelitian Annular Heater

Komitmen Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau) serta SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), kembali tercermin melalui kegiatan akademik di Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) Fakultas Teknik UGM.

Muhammad Galih Ardama, mahasiswa Program Magister Teknik Mesin UGM, melaksanakan ujian pendadaran tesisnya yang berjudul “Analisis Numerik dan Eksperimental Performa Annular Heater dengan Variasi Jumlah Axial Fin Insert dan Mass Flow Rate. Ujian ini berlangsung pada Kamis (10/04) pukul 10.00 WIB di Ruang Sidang A-3, DTMI UGM.

Penelitian Galih mengkaji peningkatan efisiensi sistem pemanas annular melalui pendekatan numerik dan eksperimental. Dengan memodifikasi jumlah axial fin insert serta variasi laju aliran massa fluida (mass flow rate), ia menemukan bahwa desain annular heater dengan empat axial fin insert memberikan performa perpindahan panas paling optimal.

Metode yang digunakan meliputi simulasi numerik menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD), yang divalidasi secara eksperimen dengan deviasi hanya sebesar 2,9%. “Peningkatan jumlah axial fin dan laju aliran massa terbukti meningkatkan bilangan Reynolds dan Nusselt, yang berdampak positif terhadap efisiensi perpindahan panas,” papar Galih. Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah rasio perpindahan kalor terhadap pressure drop terbaik sebesar 21,005 W/m².K.Pa pada laju aliran massa 0,1 kg/s.

Ujian pendadaran ini dibimbing oleh Ir. Fauzun, S.T., M.T., Ph.D., IPM, ASEAN Eng. dan diuji oleh tim penguji yang terdiri dari Ir. Joko Waluyo, M.T., Ph.D., IPM, ASEAN Eng., Ir. M. Agung Bramantya, S.T., M.T., M.Eng, Ph.D., IPM., ASEAN Eng., serta Dr. Hifni Mukhtar Ariyadi, S.T., M.Sc. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan teknologi pemanas industri yang lebih efisien dan ramah energi, sejalan dengan agenda SDGs untuk menciptakan sistem energi yang berkelanjutan, handal, dan terjangkau.

Kontributor: Andhes Puspitalina, S.Hut.
Editor: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.

CORE Seri 2 Pertemukan Periset Bidang Energi di DTMI

Sebagai wujud nyata dalam meningkatkan kualitas riset, Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Energi Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM menyelenggarakan Colloquium Riset Energi (CORE) Seri 2. CORE Seri 2 ini diselenggarakan pada Rabu (19/03), bertempat di Ruang Sidang A-1 DTMI UGM. Pemapar pada CORE kali ini adalah Dr. Ir. Khasani, S.T., M.Eng, IPM., ASEAN Eng. dan Ir. Indro Pranoto, S.T., M.Eng., Ph.D, IPM., ASEAN Eng..

Membawakan materi bertajuk “Harnessing Energy from ‘Unconventional Geothermal System'”, Dr. Khasani memaparkan bahwa meski geothermal atau panas bumi sering dikaitkan dengan bidang keilmuan Teknik Geologi, sebenarnya keilmuan mekanika fluida dari Teknik Mesin juga memiliki kaitan dengan panas bumi, terutama dengan teknik pengambilan dan pemanfaatannya. Dr. Khasani menjelaskan bahwa perbedaan antara sistem panas bumi non-konvensional dengan konvensional adalah bahwa sistem non-konvensional memiliki cakupan yang lebih luas karena dapat ditemukan di manapun di bawah tanah dengan mengikuti thermal gradient. “Dengan cakupan luas dan sistem hot dry rock, sistem panas bumi non-konvensional memiliki 98% potensi panas bumi dunia,” paparnya. Sistem panas bumi non-konvensional ini, menurut Dr. Khasani, masih agak sulit untuk diterapkan di Indonesia karena terbentur dengan kendala penyokong dana investasi dan regulasi perundang-undangan. Selain itu, masih kurangnya pelibatan masyarakat dalam proses pengembangan sistem tersebut juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. “Pemerintah perlu untuk menggandeng masyarakat sekitar dalam hal pengembangan pembangkit panas bumi non-konvensional,” tegasnya.

Indro Pranoto, Ph.D. membawakan paparan berjudul “Research Update on Boiling Heat Transfer from Enhanced Structures and Immersion Cooling for Electrical Battery and Data Centre” sebagai sebuah riset yang memperoleh dana hibah dari Ristekdikti dan beberapa sponsor. Berfokus pada penelitian baterai, Dr. Indro memaparkan bahwa panas yang tidak terkendali pada baterai dan pusat penyimpanan data dapat menyebabkan baterai menjadi overheated dan sistem pendingin menggunakan air cooling yang selama ini digunakan sudah tidak memadai. Dengan memanfaatkan gelembung yang dihasilkan oleh proses boiling, maka dapat dihasilkan sistem pendingin yang lebih baik. “Gelembung-gelembung tersebut kita manfaatkan titik-titik temperatur yang rendah untuk nanti digunakan dalam pendingin baterai,” papar Dr. Indro.

CORE Seri 2 dihadiri oleh dosen-dosen anggota KBK Energi, mahasiswa pascasarjana Teknik Mesin UGM, serta praktisi dan peneliti dari luar UGM, salah satunya Prof. Dr. Pranowo, S.T., M.T., dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan bidang ilmu Komputasi Numerik, Pemodelan & Simulasi, Pengolahan Citra, dan Soft Computing, sekaligus alumni Teknik Mesin UGM angkatan 1996. Dr. Eng. Adhika Widyaparaga, S.T., M. Biomed.E. selaku Sekretaris DTMI menyatakan bahwa CORE dari KBK Energi diprakarsai oleh Prof. Dr.Eng. Deendarlianto, S.T., M.Eng.. “Tujuan dari CORE adalah untuk knowledge sharing dan kerja sama riset. Selain itu, CORE dapat menjadi ajang pertemuan periset yang ada di DTMI,” tutur Dr. Adhika.

Setelah paparan dari Dr. Khasani dan Dr. Indro Pranoto, peserta dipersilakan untuk mengajukan pertanyaan dan masukan oleh moderator CORE, Prof. Dr. Ir. Harwin Saptoadi, M.SE., IPM., ASEAN Eng.. Semoga melalui CORE, para periset DTMI akan semakin tergugah untuk meningkatkan semangat kolaborasi riset dan nantinya dapat menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat.

Publikasi DTMI: Comparison of “Rose, Aeroleaf, and Tulip” vertical axis wind turbines (VAWTs) and their characteristics for alternative electricity generation in urban and rural areas

Penulis : Ariyana Dwiputra Nugraha (1); RENDIANTO AGINTA (2); Ardi Wiranata, S.T., M. Eng., Ph.D (3) ; ADRIYAN C SITANGGANG (4); Eko Supriyanto (5); Fefria Tanbar (6); Ir. Muhammad Akhsin Muflikhun, S.T., MSME., Ph.D (7)

Results in Engineering (SJR Q1), terbit Maret 2025

DOI : https://doi.org/10.1016/j.rineng.2024.103885

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Results in Engineering mengungkapkan bahwa desain turbin angin vertikal (Vertical Axis Wind Turbine/VAWT) model Rose menunjukkan kinerja paling unggul dibandingkan dengan model Aeroleaf dan Tulip. Studi ini dilakukan oleh tim peneliti dari PLN Research Institute dan Universitas Gadjah Mada yang meneliti efisiensi tiga model turbin untuk aplikasi pembangkitan listrik alternatif di lingkungan perkotaan dan pedesaan.

Penelitian ini didasarkan pada kebutuhan akan energi bersih untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Indonesia memiliki potensi energi angin yang signifikan, mencapai 154,9 GW, yang dapat dimanfaatkan melalui pengembangan turbin angin kecil di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Turbin Rose, yang dirancang dengan bentuk menyerupai kelopak bunga, dibuat menggunakan teknologi manufaktur aditif (additive manufacturing). Model ini kemudian diuji secara numerik dan dibandingkan dengan turbin Aeroleaf, yang sering digunakan dalam konsep

“pohon angin” di Eropa, serta turbin Tulip, yang telah dioptimalkan untuk mengurangi efek turbulensi.

Penelitian ini menggunakan pemodelan Computational Fluid Dynamics (CFD) untuk menganalisis performa turbin pada kecepatan angin 3 m/s, 6 m/s, dan 9 m/s. Hasilnya menunjukkan bahwa Rose memiliki efisiensi daya tertinggi di antara ketiga model. Pada kecepatan angin 9 m/s, Rose mampu menghasilkan daya 2,34 W, lebih tinggi dibandingkan dengan Aeroleaf (2,27 W) dan Tulip (1,76 W).

Selain itu, turbin Rose menunjukkan stabilitas putaran yang lebih baik dengan tip speed ratio (TSR) sebesar 0,79 pada kecepatan 3 m/s. TSR yang stabil ini membantu meningkatkan efisiensi dalam mengubah energi angin menjadi daya listrik.

Pengujian eksperimental juga dilakukan dengan memasang turbin pada generator listrik dan mengamati intensitas cahaya LED yang dihasilkan. Turbin Rose mampu menghasilkan pencahayaan LED yang lebih terang dan stabil dibandingkan dua model lainnya, membuktikan bahwa daya listrik yang dihasilkan lebih besar.

Selain performa teknis, penelitian ini juga menganalisis Energy Payback Period (EPP), yaitu waktu yang dibutuhkan turbin untuk menghasilkan energi setara dengan energi yang digunakan dalam pembuatannya. Turbin Rose memiliki EPP paling rendah, terutama pada kecepatan angin 9 m/s dengan nilai 0,402, yang berarti lebih cepat mencapai titik impas dibandingkan dengan Aeroleaf (0,419) dan Tulip (0,541).

Dengan hasil ini, turbin Rose dinilai sebagai solusi terbaik untuk pembangkitan listrik berbasis energi angin di lingkungan perkotaan dan pedesaan. Efisiensinya yang tinggi pada kecepatan angin rendah hingga menengah membuatnya ideal untuk diaplikasikan di wilayah dengan potensi angin sedang, seperti pesisir dan daerah padat bangunan. Studi ini membuka peluang bagi pengembangan teknologi VAWT yang lebih optimal untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan, baik untuk skala kecil maupun besar. Dengan implementasi yang tepat, turbin Rose dapat menjadi langkah maju dalam transisi energi bersih di Indonesia dan dunia.

Kontributor: Rita Yulianti, S.IP.