Sinau Bareng DTMI 25: Memahami Generative AI dan Etika Penggunaannya dalam Riset

Perhelatan “Sinau Bareng DTMI” telah mencapai edisi ke-25 pada Jumat (01/08) dengan mengangkat tajuk ”Ethical Use of AI for Research”. Bertempat di Laboratorium Gambar Teknik, pada “Sinau Bareng DTMI” kali ini, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM mengundang Dr. Vishnu Vijay Kumar, Research Staff dari New York University, Abu Dhabi untuk menjadi pembicara pada acara tersebut. Selepas pengenalan singkat pembicara oleh Dr. Muhammad Akhsin Muflikhun, Prof. Budi Hartono selaku Ketua DTMI memberikan sambutannya. “Sesi ini akan menjadi sesi diskusi yang menarik dalam Sinau Bareng DTMI karena AI merupakan hot topic yang perlu diketahui, terutama oleh mahasiswa Magister dan Doktoral,” tuturnya.

Dalam paparannya, Dr. Vishnu menyampaikan bahwa popularitas AI (Artificial Intelligence) mulai mengalami peningkatan ketika pandemi COVID-19 melanda dunia. ”Saat ini, untuk di Amerika Serikat sendiri, investasi untuk AI mengalami kenaikan secara global market value,” terangnya. Peningkatan ini, menurutnya, merupakan sebuah investasi yang dilakukan dengan mengamati kemungkinan AI akan mendominasi teknologi dan riset di masa mendatang.

AI yang dikenal secara luas saat ini dapat dibagi ke dalam 2 kategori utama, yaitu Traditional AI dan Generative AI. ”Sementara Traditional AI baik untuk non-generative task dan terbatas adaptabilitasnya, Generative AI sangat baik untuk generative task, adaptabilitasnya tinggi dan mudah dipelajari, dan dapat diberi prompt untuk tugas-tugas yang bersifat domain-spesific,” lanjut Dr. Vishnu. Generative AI yang luas digunakan saat ini dinilai akurat dalam menginterpretasi query, menjawab query, dan dapat memberikan penjelasan-penjelasan lebih lanjut. ”Hal ini karena Generative AI menggunakan deep learning dalam proses machine learningnya,” terangnya. Lebih lanjut lagi, Generative AI juga memungkinkan pengguna untuk menghasilkan gambar, video, audio, dan berbagai macam bentuk data lainnya.

Dr. Vishnu juga menjelaskan mengenai prompt engineering, sebuah proses strukturisasi instruksi yang dapat dimaknai dan dimengerti oleh Generative AI. Dengan memahami dan menerapkan prompt engineering, maka hasil yang diperoleh melalui prompting dalam Generative AI akan lebih akurat sesuai kebutuhan. Framework yang dapat digunakan dalam menerapkan prompt engineering ini antara lain RTF Framework (Role, Task, Format), RISEN (Role, Instructions, Steps, End goal, Narrowing), dan RODES (Role, Objective, Details, Examples, Sense Check). “Kita perlu memberi tahu mesin AI tentang siapa kita sebelum kita memberikan rincian tentang apa yang kita cari,” paparnya.

Dalam hal etika, menurut Dr. Vishnu, AI harus digunakan sebagaimana mestinya dalam memenuhi kebutuhan riset. ”Baik untuk menemukan research gap, melakukan literature review, penulisan riset/tulisan akademik maupun proposal, peer review, bahkan hal kecil seperti menghasilkan gambar,” paparnya. Oleh karena data yang dihasilkan oleh prompt AI dibuat oleh mesin dan seringkali terdapat pola di dalamnya, tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat di kenali oleh mesin pendeteksi AI. Untuk menghindari kemungkinan tulisan riset dari mahasiswa mengalami penolakan karena terdeteksi ditulis menggunakan AI, maka Dr. Vishnu menyarankan mahasiswa untuk tidak secara mentah-mentah menggunakan hasil prompt dari AI. ”Ambil intisari dari tulisan prompt AI agar tidak terdeteksi memiliki pola AI,” tuturnya.

Setelah pemaparan usai, mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai topik yang dipaparkan. Acara ditutup dengan foto bersama seluruh peserta. Agenda ”Sinau Bareng DTMI” akan diadakan pada Senin (04/08) dengan pembicara berbeda dan topik menarik lain.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses