Peneliti DTMI UGM Paparkan Teknologi Produksi dan Penyimpanan Hidrogen pada Society of Petroleum Engineers Symposium 2025

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah bertaraf nasional maupun internasional telah menjadi aktivitas yang biasa dilaksanakan oleh civitas akademika Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM. Hal ini bertujuan untuk memperluas jaringan dan kolaborasi aktif dengan periset-periset andal dari seluruh penjuru negeri dan dunia. Salah satu aktivitas ilmiah dilaksanakan oleh Dr. Akmal Irfan Majid dan Robertus Dhimas Dhewangga Putra, Ph.D. dengan mengikuti ”Society of Petroleum Engineer (SPE) Symposium” di Jakarta pada 11-12 Juni 2025. ”Merupakan conference tahunan atau 2 tahunan yang diadakan oleh SPE,” tutur Dr.  Majid

Simposium atau konferensi yang diadakan tahun ini mengangkat tema ”Hydrogen and Hydrogen-Based Fuels” yang termotivasi dengan adanya pergeseran tren menuju energi bersih. ”Saya mempresentasikan paper yang membahas teknologi produksi hidrogen yang inovatif, yakni ”On-site Hydrogen Production” melalui reaksi metal fuels, dalam hal ini kita mereaksikan alumunium dan water yang nantinya menghasilkan hidrogen untuk dimanfaatkan secara masif dan bisa dipakai secara on-site dan on-demand,” papar Dr. Akmal Irfan Majid. Teknologi yang dibahas dalam presentasi Dr. Majid tersebut merupakan sebuah bentuk alternatif produsi hidrogen selain melalui proses elektrolisis, dengan memaparkan secara lengkap konsep, manfaat, teknologi, dan perkembangan riset yang telah dilakukan.

Selain itu, Dr. Robertus Dhewangga membahas mengenai hydrogen storage dalam paparan presentasinya. ”Hidrogen secara gravimetric energy density cukup tinggi, tetapi hidrogen itu secara volumetrik ringan, sehingga yang kita amati adalah cara menyimpan hidrogen itu,” tuturnya. Dr. Robertus menerangkan bahwa metode penyimpanan hidrogen yang paling banyak digunakan saat ini adalah physical storage dengan cara mengkompresi hidrogen pada tekanan tinggi (350 dan 750 bar) dan likuifaksi (proses mengubah gas hidrogen menjadi fase cair – red.) yang memerlukan temperatur rendah pada 20 Kelvin atau -153oC. ”Yang kami tawarkan adalah metode penyimpanan hidrogen secara adsorpsi, jadi hidrogen ditempelkan pada suatu material,” tambahnya. Dalam meneliti penyimpanan secara adsorpsi, Dr. Robertus menggunakan material serbuk karbon dengan luas area yang besar dengan cara membuat rongga-rongga pada butir-butir serbuknya untuk tempat menempel dari hidrogen. ”Riset kami bekerja sama dengan Pertamina RTI (Research and Technology Innovation – red.) dengan kebutuhan mereka menggunakan karbon green coke (residu karbon olahan minyak mentah melalui proses refinery – red.),” terang Dr. Robertus.

Selain mengembangkan teknologi penyimpanan, dalam penelitiannya, Dr. Robertus juga mengembangkan alat ukur untuk mengukur kapasitas hidrogen yang dapat disimpan dalam material karbon. ”Alat itu biasa disebut sievert-type apparatus. Yang dilakukan oleh alat itu adalah melihat perbedaan pressure pada temperatur tertentu,” paparnya. Alat ukur tersebut memiliki cara kerja dengan menggunakan reference chamber yang diketahui atau dikalibrasi volumenya, kemudian dihubungkan dengan chamber kedua yang diisi oleh material, dengan sebelumnya dikalibrasi juga volume kosongnya. Setelah kedua chamber siap, maka hidrogen akan mulai dimasukkan dengan temperatur tertentu agar diketahui jumlah mol hidrogen yang terdapat dalam chamber. ”Karena hidrogen teradsorp, maka yang berbentuk gas akan semakin sedikit, dan itu dapat dilihat pada pressurenya,” tambahnya. Penelitian ini menjadi dasar bagi UGM hingga bisa memperoleh grant pendanaan INSPIRASI yang kembali menggaet Pertamina sebagai mitra. ”Selain karbon dari green coke, juga kita lakukan percobaan menggunakan cangkang kelapa untuk karbon dari biomass dan kita sempurnakan sievert-type apparatus juga,” tuturnya. Penelitian ini, Dr. Robertus menyatakan, akan selalu berkesinambungan dalam hal partisipasi mahasiswa, sehingga mahasiswa yang sudah lulus pun masih dapat berpartisipasi dalam tim riset.

Hidrogen sebagai pembawa energi bersih memiliki potensi untuk membawa energi-energi dari sumber-sumber energi primer yang banyak tersedia di Indonesia, termasuk panas bumi dan energi yang dihasilkan oleh panel surya. ”Saya pikir hidrogen ini dapat menjadi energy carrier yang baik, karena saat ini metode penyimpanan energi masih menggunakan baterai yang secara gravimetri maupun volumetri lebih rendah dibanding hidrogen, sehingga untuk beberapa aplikasi yang membutuhkan energi yang sangat tinggi akan kurang bagus jika menyimpan dalam baterai, dan hidrogen bisa melengkapi yang baterai tidak bisa dilakukan,” papar Dr. Robertus.

Sebagai ajang untuk memperkenalkan topik-topik riset terbaru, penelitian yang dipaparkan oleh 2 dosen DTMI dalam presentasi banyak memperoleh tanggapan positif dari peserta yang hadir, baik perwakilan perusahaan energi seperti Pertamina maupun sesama peneliti yang bergerak di bidang hidrogen dan energi terbarukan, seperti Saudi Aramco, DNV GL, Pertamina, Pertamina RTI, Kilang Pertamina, Pertagas, PGN, Nusantara Regas, serta perusahaan-perusahaan dan periset lain dari Malaysia, Singapura, dan Saudi Arabia. ”Semoga nanti bisa menjadi kolaborasi riset-riset yang didukung industri dan bisa berdampak bagi Indonesia maupun masyarakat,” pungkas Dr. Akmal.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses