Sinau Bareng DTMI #30: Eksplorasi Inovasi Sustainable Composites bersama Pakar dari Malaysia dan Jepang

Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM kembali melaksanakan event “Sinau Bareng DTMI” pada Jumat (07/10), bertempat di Meeting Room 2, Gedung Prof. Roosseno Soerjohadikoesoemo – Smart Green Learning Center, Fakultas Teknik UGM. Sinau Bareng DTMI yang kali ini telah mencapai seri ke-30 mengangkat tema “Development of Sustainable Composites”, dengan narasumber Prof. Mariatti Jafaar (Universiti Sains Malaysia) dan Prof. Naozumi Teramoto (Chiba Institute of Technology).

Dalam paparannya yang bertajuk “Sustainable Composites: Recycling Plastics and Natural Fibers for Eco-Friendly Applications”, Prof. Mariatti yang bersama Prof. Naozumi Teramoto dan dosen DTMI, Prof. Kusmono, mengerjakan project penelitian yang didanai oleh AUN/SEED-Net memaparkan mengenai permasalahan sampah plastik yang saat ini dihadapi oleh warga negara-negara ASEAN. “Saya kira permasalahan sampah plastik merupakan permasalahan yang dialami oleh hampir seluruh warga negara-negara ASEAN, yang mungkin berbeda dengan Jepang yang sudah memiliki sistem pembakaran sampah plastik yang baik,” paparnya. Menurut Prof. Mariatti, permasalahan sampah plastik yang terjadi merupakan akibat dari beberapa faktor, seperti kesulitan daur ulang karena adanya kontaminasi aditif dalam plastik, jenis-jenis sampah plastik yang banyak sehingga cukup sulit untuk dilakukan separasi, serta perbedaan processing temperature dari masing-masing jenis plastik yang menyebabkan proses daur ulang menjadi lama, terutama karena high performance plastic membutuhkan temperatur tinggi untuk daur ulang sehingga biaya daur ulang menjadi mahal. Berangkat dari permasalahan tersebut, Prof. Mariatti menawarkan solusi upcycling dan pembuatan natural fiber. ”Upcycling dilakukan dengan mendaur ulang plastik yang ada dan memproduksi produk baru yang inovatif dengan menggunakan bahan dasar hasil daur ulang plastik. Untuk natural fiber, dapat mengambil dari bambu maupun kenaf yang banyak tersedia di Malaysia,” jelasnya. Natural fiber, menurut Prof. Mariatti, memiliki kelebihan harga yang relatif lebih murah, produk lebih ringan untuk digunakan dalam industri otomotif, dan mengurangi emisi karbon dalam proses pembuatan maupun pengunaannya. Selain otomotif, penggunaan natural fiber telah dilaksanakan untuk pembuatan atap rumah sebagai alternatif atap logam yang umum digunakan di rumah-rumah negara ASEAN. ”Atap tersebut diproduksi sebagai hasil kolaborasi antara perusahaan, peneliti perguruan tinggi, dan pemerintah Malaysia dengan perusahaan dari Spanyol yang berperan dalam proses coating,” ujarnya.

Selanjutnya, pemaparan kedua disampaikan oleh Prof. Naozumi Teramoto yang lebih banyak memberikan wawasan mengenai apa itu komposit dan komposit hijau. ”Komposit merupakan kombinasi 2 atau lebih material, namun kompatibilitasnya cukup sulit untuk diperoleh,” tuturnya. Sebagai solusi, menurut Prof. Naozumi, dapat menggunakan komposit polimer yang merupakan material rekayasa yang dibuat dari kombinasi polimer (sebagai matriks) dan material penguat (seperti serat atau partikel) untuk menciptakan bahan baru dengan sifat yang lebih unggul dari komponen aslinya. ”Beberapa contoh komposit polimer antara lain Fiber-Reinforced Plastic (FRP), nanocomposite, dan green composite (biocomposite),” paparnya. Komposit hijau, menurut Prof. Naozumi, dapat diperoleh dari pemrosesan serat kayu dan, meski secara harga lebih mahal daripada serat kaca, namun dapat menjadi alternatif untuk menguatkan polimer.

Diikuti oleh mahasiswa DTMI dari program Sarjana, Magister, dan Doktor, Prof. Kusmono selaku moderator mengucapkan atas kehadiran 2 narasumber serta partisipasi mahasiswa. ”Mempelajari mengenai green composite memiliki banyak benefit untuk menemukan alternatif bahan serat komposit polimer,” tuturnya.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses