
Penelitian terbaru dari mahasiswa Program Magister Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM menyoroti dampak perbedaan suhu ruang istirahat terhadap kesehatan dan kinerja pekerja cold storage. Penelitian yang dilakukan oleh Atiqa Nusaibah dipresentasikan dalam ujian untuk tesisnya berjudul “Pengaruh Perbedaan Suhu Ruang Istirahat terhadap Keseimbangan Termal, Respon Fisiologis, Performa Kognitif, dan Persepsi Subjektif Pekerja Cold Storage setelah Paparan Dingin Berulang” yang dilaksanakan pada Senin (01/09).
Dalam paparannya, Atiqa menjelaskan bahwa paparan suhu dingin ekstrem, seperti yang terjadi di fasilitas cold storage, dapat memengaruhi thermal balance, physiological response, cognitive performance, dan subjective perception para pekerja. Indonesia sebagai negara tropis yang kini tengah mengembangkan potensi bisnis cold chain, membutuhkan penelitian semacam ini untuk mendukung keberlanjutan dan keselamatan kerja.
Penelitian dilakukan melalui studi eksperimental dengan melibatkan 16 partisipan (8 laki-laki dan 8 perempuan) berusia 20–40 tahun. Eksperimen menggunakan controlled chamber yang dibagi menjadi dua zona: Ruang A (paparan dingin pada suhu -5°C hingga 0°C) dan Ruang B (ruang istirahat dengan suhu 24°C atau 27°C).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu ruang istirahat 27°C memberikan pemulihan tubuh yang lebih baik. Suhu ini meningkatkan temperatur kulit, terutama pada area ekstremitas seperti dahi, hidung, telapak tangan, telunjuk, dan kaki. Selain itu, suhu 27°C juga meningkatkan body heat storage serta akurasi dalam stroop test, meski waktu respon cenderung lebih lambat dibandingkan suhu 24°C.
Dari sisi persepsi, pekerja mampu membedakan sensasi termal antara 24°C dan 27°C, tetapi tingkat kenyamanan relatif sama. Menariknya, faktor gender juga berperan penting: pekerja laki-laki cenderung memiliki temperatur kulit lebih tinggi dan performa kognitif lebih baik dibandingkan pekerja perempuan, sementara pekerja perempuan menunjukkan sensitivitas termal lebih tinggi.
Menurut Atiqa, hasil ini dapat menjadi pedoman dalam merancang lingkungan kerja dan pola kerja yang lebih aman di area cold storage, sekaligus memperhatikan perbedaan gender dalam merespons paparan dingin.
Kontributor: Maryanti, A.Md.
Penyusun: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.