
Umar Muhtadin, mahasiswa Magister Teknik Industri UGM melaksanakan ujian tesisnya yang berjudul “Optimasi Penggunaan Malam Daur Ulang pada Proses Pembatikan Manual untuk Produksi Kerajinan Batik Kulit” pada Senin (10/02), bertempat di Ruang Sidang A2 Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM. Ujian tesis ini dibimbing oleh Ir. Andi Sudiarso, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., IPM., dengan tim penguji diketuai oleh Ir. Wangi Pandan Sari, S.T., M.Sc.S.T., M.Sc., Ph.D., serta anggota penguji Ir. Muh Arif Wibisono, S.T., M.T., D.Eng., IPM., ASEAN.Eng. dan Prof. Dr.Eng. Ir. Herianto, S.T., M.Eng., IPU, ASEAN Eng.
Dalam tesisnya, Umar mengangkat isu penting terkait keberlanjutan industri batik, khususnya dalam hal pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah malam batik. Malam batik yang sering kali terbuat dari bahan berbasis parafin, microwax, dan resin sintetis, berpotensi mencemari lingkungan, mulai dari ekosistem perairan hingga tanah, yang mengandung bahan kimia berbahaya dan logam berat. ”Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan malam daur ulang (malam lerob) dalam pembatikan manual pada media kulit sapi full-krom, sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan,” papar Umar.
Dalam abstrak penelitiannya, Umar menjelaskan bahwa meskipun banyak usaha pengolahan limbah batik yang ada, penerapan malam daur ulang masih minim diteliti. Berdasarkan penelitian ini, penggunaan malam daur ulang dapat menjadi solusi yang lebih berkelanjutan dan ekonomis dalam mengurangi ketergantungan pada bahan baku baru, yang sejauh ini menyumbang sekitar 70% dari total biaya produksi batik.
Penelitian ini menggunakan metode Taguchi dengan desain Orthogonal Array L9 (3³) untuk mencari kombinasi parameter yang optimal dalam pembatikan manual. Faktor-faktor yang dianalisis meliputi usia pembatik, ukuran canting, dan suhu malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas batik yang dihasilkan menggunakan malam daur ulang dan malam biasa, dengan nilai p-value sebesar 0,643 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa malam daur ulang dapat menghasilkan kualitas batik yang setara dengan malam biasa.
Sebagai produk dari penelitian ini, Umar berhasil memproduksi sepatu pantofel berbahan kulit sapi full-krom dengan motif ‘parang klitik solo’ menggunakan malam daur ulang. Dengan kombinasi parameter optimal—ukuran canting 1 mm, usia pembatik antara 42 hingga 46 tahun, dan suhu malam 130°C—produksi batik kulit ini berhasil menunjukkan hasil yang setara dengan batik yang menggunakan malam biasa.

Temuan ini memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan industri batik, dengan mendorong penggunaan malam daur ulang yang lebih ramah lingkungan dan efisien secara ekonomi, sekaligus mendukung diversifikasi produk batik berbasis kulit. Penelitian ini menjadi langkah penting untuk mengurangi pencemaran limbah batik dan mendorong inovasi dalam dunia kerajinan batik tradisional.
Kontributor: Maryanti, A.Md.
Editor: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.