
Guna memperluas wawasan mahasiswa kaitannya dengan bidang keilmuan dalam wujud nyata, Program Studi (Prodi) Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM melaksanakan kunjungan ke Rumah Inovasi Daur Ulang (RInDU) dan Peternakan Sapi dan Biogas yang dikelola oleh Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (10/05) ini diikuti oleh mahasiswa Teknik Industri yang mengambil mata kuliah Ekologi Industri yang diampu oleh Ir. Anna Maria Sri Asih, S.T., M.M., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng..
RInDU menjadi lokasi pertama yang dikunjungi oleh mahasiswa. Fokus pembelajaran yang dilaksanakan di lokasi tersebut adalah mengenai pengolahan sampah secara umum dan budidaya maggot dalam kegiatan pengolahan sampah tersebut. Pipit Noviyani, Koordinator Lapangan Energi dan Pengelolaan Limbah RinDU PIAT UGM menjelaskan bahwa dalam 3 tahun, RinDU telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. ”Pada awalnya kami berperan dalam mengolah sampah yang dihasilkan oleh lingkungan UGM dan berperan sebagai TPS3R pembina dan pendamping untuk lingkungan sekitar. Namun karena pengolahan keseluruhan sampah tidaklah mudah, sehingga diganti hanya sampah organik saja yang diangkut ke sini,” tuturnya. Pipit mengungkapkan bahwa sampah organik yang dihasilkan di lingkungan UGM mencapai 60% dari keseluruhan sampah. ”Apabila kita bisa menyelesaikan pengolahan sampah organik, kita telah menyelesaikan 60% pengolahan sampah sebelum diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir – red.),” tambahnya. Sejak Juli 2024, RinDU telah melakukan pemrosesan secara keseluruhan untuk sampah yang ada di lingkungan UGM setelah TPA Piyungan, Bantul dinyatakan berhenti beroperasi. ”Dalam 1 hari, sampah di lingkungan UGM yang masuk mencapai 4 sampai 5 truk, yang nantinya akan kami bagi menjadi 3: compactor untuk mengangkut sampah daun, dump truck untuk mengangkut sampah ranting, dan dump truck untuk mengangkut sampah campur, karena di lingkungan UGM sendiri cukup sulit untuk memisahkan jenis sampah,” ungkap Pipit. RinDU saat ini menerima kiriman sampah dari UGM pada hari Senin sampai Jumat, dengan catatan apabila pada hari Sabtu ada kegiatan tambahan di lingkungan UGM, maka RinDU dapat menerima kiriman sampah pada hari Sabtu. ”Pemilahan sampah campur saat ini dilakukan dengan cara manual dan dengan menggunakan mesin, meskipun mesin yang ada belum memiliki sensor dan hanya membedakan berat melalui saringan. Untuk sampah organik berupa daun kami komposkan menggunakan campuran sludge dari PT SGM yang dapat membantu proses pengomposan,” papar Pipit. Untuk mengolah sampah sisa makanan, RinDU memanfaatkan pengembangbiakan maggot atau belatung dalam membantu proses penguraiannya. ”Setiap Senin, Rabu, dan Jumat kami menerima sampah sisa makanan dari Pujale (Pusat jajanan lembah – red.). Selain itu, kami juga membantu pengolahan sampah sisa makanan dari SMA Masa Depan yang lokasinya berada di sekitar sini,” tutur Pipit. Pengolahan sampah sisa makanan oleh maggot di RInDU memiliki kapasistas 6 ton per bulan, dengan kondisi saat ini penyerapannya adalah 4 ton per bulan menyesuaikan sampah sisa makanan yang selama ini masuk. Oleh karena peserta kunjungan adalah mahasiswa semester 6, Pipit menyatakan bahwa dalam KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang akan mereka jalani nanti, mahasiswa dapat menjadikan pengolahan sampah sebagai program kerja. ”Misalkan ada program tentang pengomposan, atau program budidaya maggot, bisa mengajukan pelatihan di sini, karena PIAT akan membuka pelatihan KKN di bulan Juni. Di akhir Mei nanti, akan ada kuliah umum yang mengenalkan program-program pengolahan sampah, dan di bulan Juni praktik,” tuturnya.

Beralih ke lokasi Peternakan Sapi dan Biogas, mahasiswa diajak untuk melihat dan mengamati pengolahan biogas di sana. Maulida Diva Kirana, Staf Agroedutainment PIAT UGM memaparkan bahwa sapi yang diternakkan di sana ada 2 jenis, yaitu sapi perah dan sapi potong. ”Untuk sapi perah, sehari kami memerah 2 kali, dengan 1 ekor sapi kurang lebih menghasilkan 15 liter susu, dan untuk sapi potong, saat ini kami berfokus ke jenis simmental,” paparnya. Mengenai produksi biogas, Jumadi Hanif selaku Koordinator Lapangan Bidang Peternakan Ruminansia Kecil dan Pelestarian Satwa, menjelaskan bahwa biogas diperoleh dari kotoran sapi yang diternakkan di sana. ”Kotoran tersebut kami ibaratkan sebagai bahan bakar untuk biogas, karena memang dalam kotoran itu terkandung amonia yang nanti kita tangkap menggunakan digester, yang nanti hasilnya adalah gas metana dan dikonversi bisa menjadi listrik atau gas alam yang bisa gunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan lain-lain,” paparnya. Peternakan PIAT UGM memiliki 3 digester dengan yang saat ini aktif digunakan hanya 1 karena letaknya berdekatan dengan kandang sapi. ”Setiap harinya digester akan kita isi kotoran berbentuk padat, kemudian kita campur air dengan perbandingan 1:10, dengan 1 ember kotoran dan 10 ember air. Setelah dimasukkan, pengaduk kita nyalakan untuk mengaduk kotoran menjadi bubur, kemudian akan masuk ke dalam digester ini untuk difermentasi dengan bakteri-bakteri pengurai. Gas yang dihasilkan nanti akan ditangkap dalam sebuah penampung dan dialirkan ke ruangan berisi plastik untuk menampung gas metana,” papar Jumaidi. Buangan dari proses tersebut, tutur Jumaidi, dapat langsung digunakan sebagai pupuk padat atau cair. Gas metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar saat ini masih berupa purwarupa dan masih selalu menjalani pengembangan oleh PIAT UGM.
Selepas kunjungan dari RinDU dan Peternakan Sapi dan Biogas PIAT UGM, mahasiswa diminta untuk membuat laporan kaitannya dengan informasi dan segala macam penjelasan teknis yang diperoleh.
Foto: Dokumentasi Tim PIAT UGM