
Permasalahan pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar bagi warga Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) belum dirasa memadai karena operasionalnya baru sebatas melakukan pemilahan sampah organik, anorganik, dan residu. Melihat kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) menghadirkan serangkaian inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pada Sabtu (19/07), mahasiswa KKN PPM UGM, Hans Tobias Sihombing dan Gilbert Sigalingging dari Program Studi Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM mengadakan sosialisasi teknologi 3D Printing berbahan dasar limbah botol plastik di Balai Desa Sumberberas. Kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan kepada warga mengenai potensi pengolahan limbah plastik menjadi produk fungsional dan bernilai guna. Dalam kesempatan tersebut, Hans Tobias Sihombing, selaku penanggung jawab program kerja, juga memperkenalkan maskot bernama Munpei, singkatan dari ‘Muncar Pei’ yang terinspirasi dari komoditas ikan Pei sebagai ciri khas ekonomi Kecamatan Muncar. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian program pengelolaan sampah yang dijalankan KKN-PPM UGM di Desa Sumberberas.

Beberapa minggu setelah sosialisasi 3D printing, Hans dan Gilbert meluncurkan inovasi lain melalui program “BASMI SAMPAH: Perancangan dan Analisis Siklus Prototipe Alat Pembakar Sampah Minim Asap di Desa Sumberberas”. Purwarupa alat pembakar sampah minim asap ini telah diserahkan dan diujicobakan secara resmi ke Balai Desa Sumberberas, Jumat (08/08). “Berdasarkan hasil observasi, TPST Sidoayu saat ini hanya memiliki alat pemilah sampah dan belum mampu mengolahnya hingga tahap akhir. Hal inilah yang mendorong lahirnya ide program kerja pembuatan prototipe alat pembakar sampah minim asap tersebut. Selain itu, pembakaran sampah dengan emisi asap rendah juga diharapkan menjadi solusi untuk mencegah pencemaran lingkungan,” kata Gilbert. Hans menambahkan bahwa purwarupa ini memiliki kapasitas sekitar 100 liter per pembakaran dan mampu membakar sampah rumahan hingga 10–15 kali dalam sehari. “Cara kerja alat ini cukup sederhana. Air dipompa ke ruang pencampuran, kemudian asap hasil pembakaran dihisap dengan blower. Di ruang pencampuran itulah asap disemprot dengan air sehingga partikel asap berkurang dan udara yang keluar jadi lebih bersih,” tuturnya.
Sekretaris Desa Sumberberas Sumariyono menyambut baik inovasi tersebut. “Kami sangat berterima kasih karena inovasi ini membantu pihak desa dengan memberikan ide untuk mengatasi masalah sampah serta memacu pengelola agar dapat mengembangkan skala pengelolaan yang lebih besar,” ujarnya.
Melalui kedua kegiatan ini, diharapkan menjadi langkah nyata dalam mengurangi permasalahan pengelolaan sampah di Desa Sumberberas dan menjadi terobosan pemerintah desa untuk memperkuat program pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Disadur dengan perubahan seperlunya dari: KKN UGM Perkenalkan 3D Printing dari Plastik Daur Ulang dan Pembakar Minim Asap