Melanjutkan tradisi prestasi, tim yang terdiri dari mahasiswa Program Studi (Prodi) Sarjana Teknik Mesin dan Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM kembali meraih gelar juara dalam perhelatan Mechanical Festival yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang babak finalnya dilaksanakan pada 2-3 Mei 2025. Dalam kompetisi tesebut, mahasiswa DTMI memperoleh juara 5 untuk cabang Pipeline Design Competition dan juara 1 untuk Innovative Paper and Poster Competition.
Ghitha Aufar Mazaya, mahasiswa Teknik Mesin 2022, bersama dengan timnya mengikuti cabang Pipeline Design Competition. ”Kompetisi tersebut dibagi menjadi 3 babak, yaitu eliminasi, semifinal, dan final. Pada babak eliminasi yang diadakan secara online, dengan instruksi untuk membuat sebuah jalur perpipaan dari Brebes menuju Nusakambangan,” tuturnya. Pada babak eliminasi, peserta diberikan data berupa unduhan dari Google Earth dengan titik-titik koordinat. ”Dalam merancang pipa, kami mempertimbangkan berbagai faktor, seperti jarak, kondisi medan, dan faktor-faktor lain seperti kawasan dilindungi dan pegunungan. Jarak rute jalur pipa yang kami rancang adalah mencapai 124 kilometer,” tutur Aufar. Menurut Aufar, permintaan konsumen juga menjadi faktor yang harus diperhatikan, terutama kaitannya dengan biaya pembangunan jalur pipa yang akan mengantarkan fluida berupa gas dengan tekanan dari Brebes sampai Nusakambangan tetap, yaitu 400 psi. ”Penempatan kompresor penting karena berkaitan dengan safety. Selain itu, bila daya operasional dari kompresor tinggi, bisa jadi over budget. Perancangan juga tidak boleh melewati crossing karena itu bisa membuat biaya tinggi, serta tidak boleh melewati kawasan padat penduduk dan fasilitas umum, seperti jalan raya dan rel kereta api, maka itu menjadi tantangan kami,” tambahnya. Perancangan jalur perpipaan dalam kompetisi ini mengikuti standar dan peraturan yang sudah ada dalam referensi dari panitia yang menjadi panduan tim. ”Dalam melakukan penghitungan analisis tegangan dalam kompresor, kami menggunakan perangkat lunak atau software yang sudah disediakan panitia, dengan lisensi selama 1 tahun untuk software tersebut,” terang Aufar. Analisis yang dilakukan tim Aufar tidak hanya sekali jadi, namun dilakukan pemeriksaan agar bagian yang salah dapat ditemukan dan segera diperbaiki. ”Kami jadi perlu lebih teliti lagi di babak eliminasi, karena banyak yang kecolongan di babak itu,” ujarnya. Lolos babak eliminasi, tim Aufar melaju ke babak semifinal yang kegiatannya termasuk company visit ke PT Geo Dipa Energi Unit Patuha. Company visit juga memuat kasus nyata yang harus dikerjakan oleh peserta yang berupa penggunaan panas bumi secara langsung dalam sektor pertanian, budi daya maggot, dan penghangat ruangan, sehingga peserta diminta untuk merancang pipa dalam mengalirkan panas bumi tersebut, serta kasus pergeseran pipa yang ada di sumur panas bumi PT Geo Dipa sehingga membutuhkan banyak support, dan peserta diminta memetakan peletakkan support yang ideal dan penambahan komponen-komponen lain untuk menghindari pergeseran terjadi lagi. ”Selain kasus nyata, di babak semifinal kami juga diminta untuk mengerjakan basic knowledge test mengenai rancangan dan juga referensi yang kami gunakan. Soalnya terdiri dari 7 nomor dan dikerjakan selama 1 jam,” tutur Aufar. Menurut Aufar, kunci dari babak semifinal adalah time management, karena pemodelan yang membutuhkan waktu lama dan komponen analisis yang banyak dengan waktu yang terbatas, sehingga banyak tim yang kelabakan. Lolos ke babak final, tim Aufar menjalani final pitching, yaitu presentasi hasil kerja pada babak eliminasi sampai semifinal, dengan dewan juri adalah praktisi dalam dunia energi terbarukan dan disaksikan oleh guru besar dari ITB. Meski dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri, Aufar mengaku ia dan timnya belum dapat mencapai hasil maksimal. ”Untuk beberapa hal yang belum ditampilkan di presentasi, kami belum dapat menjawab dengan baik,” akunya. Biarpun demikian, tim UGM dapat meraih juara 5, mengalahkan keseluruhan 40 tim peserta.
Untuk cabang Innovative Paper and Poster Competition, tim UGM yang beranggotakan Danu Ari Wibowo, Yoga Sanjaya, dan Sandi Hutama, yang sama seperti cabang Pipeline Design, berisi mahasiswa dari Prodi Teknik Mesin dan Teknik Industri. Dalam paper tim UGM, Sandi menyatakan bahwa mereka mengangkat topik mengenai bidang energy recovery. “Lebih tepatnya kami mengangkat tentang “Optimalisasi Waste Heat Brine Panas Bumi Dieng Melalui Brine Heat Extraction Sebagai Penghangat Ruangan Guna Mewujudkan Energy Recovery dan Pariwisata Berkelanjutan”,” tuturnya. Dalam paper tersebut, tim UGM memaparkan bahwa Fluida sisa (brine) panas bumi di Dieng yang memiliki energi panas tinggi belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, wilayah Dieng yang bersuhu rendah (10–20°C) masih mengandalkan kayu bakar dan LPG untuk penghangat ruangan, yang menimbulkan emisi karbon. Penelitian ini mengevaluasi potensi pemanfaatan waste heat dari brine melalui rancangan sistem heat exchanger dan analisis teknis serta ekonominya. Hasil simulasi menunjukkan bahwa brine bersuhu 180°C mampu memanaskan udara dari 15°C ke 40°C dengan kapasitas perpindahan panas 18,126 kWt. Proyek ini menargetkan penerapan di 30 homestay pada tahun pertama dengan skema angsuran, dan secara ekonomi dinilai layak dengan IRR 16,75% dan NPV sebesar Rp4,96 miliar dalam 11 tahun. Inisiatif ini mendukung pemulihan energi dan pariwisata berkelanjutan di kawasan Dieng. Yoga menuturkan bahwa ada 57 tim yang bertanding di cabang Innovative Paper and Poster. “Kami melalui tahap seleksi abstrak, kemudian dari situ di seleksi 10 tim untuk masuk ke babak full paper dan presentasi,” tuturnya. Tim UGM dalam cabang tersebut menjalani 2 macam penilaian, yaitu expo dan presentasi. Untuk expo, peserta akan membuka booth dan melaksanakan penjelasan kepada para pengunjung booth serta peserta dari cabang lain yang berkunjung mengenai isi poster yang dipamerkan. “Expo poster dilakukan bersama dengan presentasi, jadi kami di ITB 2 hari, hari pertama mulai expo jam 1 siang sekaligus presentasi di hadapan dewan juri secara bertahap sesuai urutan dari jam 1 hingga malam, kemudian di hari kedua full expo,” tutur Yoga. Sandi menjelaskan bahwa di dalam expo, pengunjung bisa memberikan vote untuk menentukan most favorite poster. “Penilaian juara 1 didasarkan pada bobot 25% poster di luar vote, 25% presentasi, dan 50% full paper,” papar Sandi. Babak presentasi dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari akedemisi ITB, anggota BRIN, dan praktisi industri.
Aufar menilai bahwa tim UGM masih perlu untuk menambah pengalaman dalam bidang terkait untuk dapat memperoleh hasil maksimal apabila mengikuti kompetisi serupa. ”Tim yang meraih juara 1 sampai 4, saat kami lihat, ternyata angkatannya setahun lebih tua dari kami dan kami kebanyakan tidak mengambil mata kuliah ranah perpipaan,” ujarnya. Selain perihal pengalaman, menurut Aufar dan tim, pertanyaan tidak terduga dari juri juga perlu untuk diantisipasi oleh tim, terutama jika pertanyaan bukan seputar mechanical analysis. ”Kebetulan ada anggota yang dari Teknik Industri, sehingga kami bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di luar mechanical analysis, namun untuk eksplorasinya, kami belum maksimal,” tuturnya. Oleh karena dalam 1 tim terdiri dari mahasiswa Teknik Mesin dan Industri, anggota dari Teknik Industri juga menyesuaikan dengan ranah keilmuan Teknik Mesin. ”Kami membagi tugas dalam tim. Untuk Teknik Industri, kami bagi untuk topik flow dan budgeting,” jelas Aufar. Pembagian topik juga dilakukan menjelang presentasi, sehingga kasus yang diberikan dapat tertangani dengan baik.
Pengalaman lomba dengan kasus aktual merupakan pengalaman yang berharga bagi Aufar dan tim. ”Banyak materi yang tidak kami peroleh di perkuliahan, seperti peraturan atau code, karena kami tidak terlalu menjurus ke ranah tersebut,” tuturnya. Berada dalam 1 tim dengan latar belakang berbeda juga mendorong Aufar dan tim untuk belajar koordinasi dan komunikasi agar tercipta 1 sudut pandang yang selaras. ”Kami belajar mengatur waktu di dalam kondisi yang penuh tekanan, dengan kondisi saat itu kami satu bulan mengerjakan babak eliminasi menabrak bulan Ramadan dan libur Lebaran. Karena kami bertemu secara offline 2 minggu, mau tidak mau selama Lebaran kami mengerjakan secara online melalui telepon WhatsApp, dan kami juga belajar secara mandiri dengan membagi tugas ke anggota,” paparnya. Melalui pengalamannya, Aufar menyarankan agar mahasiswa dalam mengikuti lomba untuk aktif bergerak dalam mencari referensi-referensi yang sudah ada untuk membantu dalam penyelesaian kasus atau persoalan yang dilombakan. ”Jangan hanya terfokus pada satu tempat, banyak hal di luar bidang kita yang perlu kita pelajari dan penting untuk merawat pengetahuan yang kita miliki, karena itu juga akan menunjang kita,” pungkasnya.