Sebagai bentuk dedikasi dalam melakukan riset dan inovasi secara terus menerus, Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM mengadakan Curah Gagasan dan Diskusi Kereta Api Barang Tipe Hybrid bersama dengan alumni Teknik Mesin (TM) UGM Angkatan 1967. Curah Gagasan yang diadakan pada Rabu (05/02) di Ruang Sidang A1 ini dihadiri oleh 3 orang alumni TM UGM angkatan 1967 yang ahli dalam bidang transportasi, yaitu Ir. Iwan Kusmarwanto, Ph.D. (Presiden Direktur PT Mataram Paint, Ahli Aerodinamika), Ir. Bambang Priambodo, MSME, IPM (Tenaga Ahli Energi dan Transportasi PT EMKA Rekayasa Energi), dan Ir. Dwi Rahardjo Sigit (Purna Tugas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kemenhub, Ahli Transportasi Udara) serta 6 orang dosen DTMI UGM, yaitu Ir. Fauzun, Ph.D., Ir. Indro Pranoto, Ph.D., Prof. Heru Santoso Budi Rochardjo, Dr.Eng. Ir. R. Rachmat A. Sriwijaya, S.T., M.T., D.Eng., IPM., ASEAN Eng., Dr. Hifni Mukhtar Ariyadi, dan Ardi Wiranata, Ph.D..
Iwan Kusmarwanto menyatakan bahwa 3 alumni yang diundang dalam Curah Gagasan ini merupakan tim yang sudah lama saling mengenal dan saling bekerja sama sehingga bisa selalu kompak. ”Kami selalu siap membantu bila UGM akan mengembangkan transportasi kereta api yang selalu diminati oleh orang banyak,” tuturnya. Sebagai ahli aerodinamika, Iwan mendorong perguruan tinggi untuk bisa selalu mengembangkan transportasi kereta api yang semakin maju teknologinya.
Paparan mengenai Kereta Api Barang Tipe Hybrid disampaikan oleh Bambang Priambodo. Berbekal pengalamannya yang luas dalam bidang kereta api maupun kereta listrik, Bambang membagikan informasi-informasi yang bermanfaat untuk pengembangan kereta hybrid. ”Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional tahun 2020, oleh karena peningkatan jumlah sarana perkeretaapian juga meningkatkan kebutuhan bahan bakar yang berdampak pada peningkatan emisi gas buang, maka perlu diversifikasi penggunaan energi murah dan ramah lingkungan seperti gas atau listrik,” paparnya. Bambang menuturkan bahwa pada 2030, jalur utama kereta api antar kota akan menggunakan energi listrik dengan proporsi 90%. Bambang menjabarkan bahwa di Jerman sudah banyak menggunakan jaringan kereta listrik yang mengandalkan Listrik Aliran Atas (LAA). ”Kendala pembangunan LAA di Indonesia adalah minimnya minat penanam saham karena regulasi PLN yang tidak memperbolehkan penjualan daya listrik ke kereta api,” tuturnya. Selain minimnya penanam saham, kereta listrik dengan jaringan LAA juga memakan waktu lama dalam pembangunannya dan biaya yang besar untuk perawatannya. Oleh karena itu, Bambang memaparkan solusi untuk mengembangkan kereta dengan jalur tanpa LAA. ”Kereta tersebut nantinya akan beroperasi menggunakan hybrid diesel dan baterai, dengan lokomotif yang yang dirancang menggabungkan sistem penggerak mekanis dan cadangan daya listrik gerbong baterai,” tambah Bambang. Selain memaparkan rancangan tenaga kereta hybrid, dipaparkan juga penggunaan rem aerodinamis untuk kereta yang dapat menjaga rel dan roda dari aus dan kerusakan. ”Dengan berkembangnya kereta hybrid, nantinya bisa meningkatkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat di sekitar stasiun,” pungkas Bambang.
Ir. Fauzun Ph.D. mengucapkan terima kasih atas perkenanan alumni TM UGM 1967 untuk hadir dan berdiskusi bersama. ”Semoga hasil diskusi ini dapat membawa manfaat untuk transportasi perkeretaapian Indonesia,” tutupnya.