
Yulia Widhianti, mahasiswa Program Doktor Teknik Industri UGM, telah melaksanakan Seminar Hasil 1 untuk penelitian disertasinya yang berjudul “Development of Traditional Supply Chain Resilience Model for Horticutural Commodities”. Seminar Hasil 1 tersebut dilaksanakan pada Rabu (26/02), bertempat di Ruang Sidang A-4 Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM. Seminar Hasil 1 ini merupakan salah satu tahap yang harus dilalui oleh seorang mahasiswa program doktor dalam menyelesaikan penelitian untuk tugas akhirnya.
Dalam Seminar Hasil 1 kali ini, turut hadir tim promotor dari Yulia yang beranggotakan Prof. Ir. Nur Aini Masruroh, ST., M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. dan Ir. Agus Darmawan, S.T., M.S., Ph.D., IPM, ASEAN Eng., serta Sekretaris Program Studi (Sekprodi) Doktor Ir. Muhammad Kusumawan Herliansyah, S.T., M.T., Ph.D., IPU, ASEAN Eng..
Penelitian Yulia berangkat dari permasalahan bahwa sistem pertanian hortikultura menghadapi berbagai gangguan di sektor lingkungan, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. “Petani hortikultura, terutama di negara berkembang, mayoritas adalah petani kecil yang rentan terhadap volatilitas harga, biaya produksi tinggi, dan perubahan cuaca yang mempengaruhi hasil panen serta keberlanjutan usaha mereka,” papar Yulia. Ketahanan pertanian menjadi kunci yang ditekankan oleh Yulia dalam menghadapi tantangan ini, dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan teknis. Dalam rantai pasok hortikultura, sifat produk yang mudah rusak (perishable) menambah tantangan dalam logistik dan penyimpanan. Jalur pemasaran tradisional masih menjadi pilihan utama karena aksesibilitas dan biaya rendah, meskipun menghadapi ketidakpastian harga dan fluktuasi permintaan. Kurangnya koordinasi antarpetani menyebabkan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, yang berdampak pada stabilitas harga.
Strategi peningkatan daya saing diperlukan, seperti perencanaan pola tanam yang merata sepanjang tahun. Selain petani, aktor lain dalam rantai pasok seperti pengepul dan pedagang besar juga menghadapi risiko terkait kelangkaan atau kelebihan pasokan. Oleh karena itu, optimasi rantai pasok tradisional menjadi penting untuk meningkatkan keseimbangan produksi dan permintaan, serta memaksimalkan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat.
Penelitian Yulia menunjukkan bahwa strategi inovatif dalam rantai pasok hortikultura dapat dioptimalkan melalui pengaturan jadwal tanam, alokasi lahan, dan pembatasan variasi panen berdasarkan permintaan, serta distribusi keuntungan yang lebih adil. “Kolaborasi antara pelaku rantai pasok, pemangku kepentingan, dan peneliti penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan sistem,” tuturnya.
Analisis sensitivitas mengungkap bahwa perubahan harga paling mempengaruhi keuntungan rantai pasok, sementara penurunan produktivitas berdampak signifikan saat nilai parameter menurun. Pengepul paling tidak sensitif terhadap perubahan ini, sedangkan pusat distribusi utama sangat rentan terhadap pengurangan lahan dan produktivitas. Petani memperoleh manfaat terbesar dari peningkatan alokasi lahan, tetapi juga paling terdampak oleh fluktuasi harga.
Penelitian ini menekankan pentingnya mempertimbangkan ketidakpastian produksi dan harga akibat faktor eksternal seperti cuaca. Dengan wawasan mengenai waktu dan jumlah optimal dalam budidaya cabai, penelitian ini memberikan panduan bagi pelaku rantai pasok untuk meningkatkan efisiensi dan stabilitas sistem.
Kontributor: Sani Wicaksono, S.E., M.M.
Editor: Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.