Teknik Industri UGM X Deakin University

Selama era pandemi Covid-19, banyak informasi terkait COVID-19 yang bermunculan dan tersebar secara luas. Sayangnya, tidak sedikit dari berita tersebut yang merupakan berita yang kurang akurat, kurang dapat dipercaya, bahkan dapat diidentifikasi sebagai berita palsu (fake news). Oleh karena itu, pendeteksian fake news terkait COVID-19 sangat dibutuhkan terutama untuk berita multibahasa. Sayangnya, metode pendeteksian fake news yang ada saat ini terlalu umum dalam mengenali fake news terkait COVID-19 dalam multibahasa. Kegagalan dalam mendeteksi dan mengintervensi penyebaran fake news terkait COVID-19 yang multibahasa dapat dengan mudah menyebabkan ketidakpercayaan dan tanggapan publik yang salah atau keliru, seperti panic buying, ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan, dan bahkan menolak tes dan vaksinasi COVID-19.

Oleh karena itu, tim Peneliti dari Departemen Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan tim peneliti dari Deakin University, Australia, untuk menanggapi hal tersebut. Tim peneliti ini terdiri dari: Dr. Hilya Mudrika Arini (UGM), Dr. Titis Wijayanto (UGM), Dr. Yun Prihantina (UGM), Dr. Achmad Pratama Rifai (UGM), Assoc. Prof. Xiao Liu, (Deakin University), dan Assoc. Prof. Jianxin Li (Deakin University). Penelitian ini didanai oleh Study Melbourne Research Partnership.

Para peneliti akan melakukan survei secara online terhadap 1.500 penduduk Indonesia dan Australia, dengan kelompok generasi yang berbeda (termasuk generasi Baby Boomer, Milenial dan Gen Z) dari kota-kota terpilih akan dirancang untuk mengklasifikasikan individu berdasarkan karakteristik mereka dalam mempercayai dan memproses informasi terkait wabah COVID-19. Survei ini juga dirancang untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik perilaku mereka secara online dalam penyebaran berita serta membantu menentukan kelompok mana yang paling rentan terhadap fake news. Dalam penelitian ini, para peneliti juga akan mengumpulkan dataset multibahasa untuk fake news terkait COVID-19 yang tersebar di Indonesia dan Australia serta mengembangkan model pendeteksian fake news terkait COVID-19 yang multibahasa yang efektif. Hasil dari studi ini nantinya diharapkan dapat membantu pemerintah dalam membuat kebijakan terkait penanganan fake news terkait COVID-19. (Source : Tim Peneliti)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.